Perjuangan Pratu Asmujino Di Mount Everest
Mount Everest adalah gunung tertinggi di dunia. Puncak Everest di perbatasan Nepal – Tibet, ketinggiannya mencapai 8.848 meter. Mencapai puncak gunung itu merupakan kebanggaan tersendiri bagi pendaki, bahkan membuat harum nama negara.
Pratu Asmujiono, seorang Kopassus berusia 25 tahun, adalah orang Asia Tenggara pertama yang mencapai puncak itu pada 26 April 1997. Prestasinya membuat banyak orang kagum. Tetapi, kisah spiritualnya di puncak tertinggi itu tak kalah mengagumkan. Asmujiono merupakan mantan anggota Kopassus, yang lolos mengikuti seleksi Tim Nasional Ekspedisi Everest pada tahun 1996, yang diprakarsai oleh Danjen Kopassus, Mayjen TNI Prabowo Subianto. Pria kelahiran Malang itu juga mencatatkan namanya dalam piagam penghargaan Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), sebagai orang Indonesia pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung Everest dengan ketinggian 8.848 m di atas permukaan laut.
Awalnya, misi pendakian ini diprakarsai oleh Danjen Kopasus Mayjen TNI Prabowo Subianto. Mengingat betapa bahayanya pendakian tersebut, Prabowo sempat dianggap gila. Namun ia bergeming. Ia kumpulkan yuniornya di Kopassus dan pecinta alam. Prabowo ingin mengalahkan negara-negara tetangga yang sudah bicara ke media akan mencapai puncak gunung tersebut.
Dalam tim itu ada Anatoli Nikolaevich Boukreev (Kazakhastan), yang dikenal dengan The Ghost of Everest serta Richard Pawlosky (Polandia) dipilih menjadi pelatih tim. Vladimir Bashkirov dipercaya menjadi film maker, sedangkan Dr. Evgeni Vinogradski menjadi dokter tim. Saat pertama kali bertemu Prabowo, Boukreev menjelaskan tentang berbagai kemungkinan yang akan terjadi selama pendakian, termasuk potensi kegagalan.
"Tapi Pak Prabowo meyakinkan Boukreev bahwa orang Indonesia mempunyai motivasi yang lebih dari cukup untuk melakukan ekspedisi. Mereka tak gentar menghadapi berbagai tantangan. Bahkan nyawa dan jiwapun siap mereka pertaruhkan," jelasnya. Tim Nasional Ekspedisi Everest berjumlah 43 orang, terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, Rakata, dan Mapala UI. Setelah ekspedisi besar, tersisa 16 orang yang kemudian dibagi menjadi dua tim. 6 orang dari sebelah utara melalui Tibet. 10 orang dari sebelah selatan melalui Nepal. Asmujiono masuk di Tim Selatan.
Dalam bukunya yang berjudul The Climb, Anatoli Boukreev menceritakan kisah heroiknya pendakian tersebut. Berikut catatan Boukreev yang terkesima dengan semangat juang dan rasa patriotisme anggota baret merah ini.Tiga orang anggota Kopassus yang berhasil menaklukkan Everest (1997) yakni Prajurit Satu (Pratu) Asmujiono, Sersan Misirin, dan Lettu Iwan Setiawan.
Misirin berjalan maju, perlahan tanpa pertolongan. Asmujiono bergerak mantap, tapi seperti orang yang sedang bermeditasi. Iwan berjalan pelan pula, namun bisa dilihat kemampuan koordinasinya berkurang meski mentalnya masih kuat. Misirin menunjukkan dari semuanya ialah yang paling mantap, karena itu kami memberikan dia kesempatan sebagai orang yang pertama mencapai puncak. Tekad dari orang tiga ini tidak terpecahkan, kesempatan mencapai puncak, tidak mau mereka sia-siakan.
Anatoly Boukreev dan dua orang serdadu Kopassus pada ekspedisi pendakian Everest
Tiba-tiba Asmujiono konsentrasinya semakin berkurang, dan instruksikan Dr. Vinogradski untuk mengamati Asmujiono. Bashkirov dan Misirin berjalan paling depan, setelah itu Iwan, Asmujiono dan Dr. Vinogradski terakhir di belakang. Punggungan gunung hari ini tampaknya lain dari biasanya, lebih terjal dan saljunya tebal sekali. Iwan bisa maju dengan perlahan, namun pada satu tempat badannya oleng. Sebenarnya melalui rute punggung gunung ini, dengan hanya menggunakan tali pengaman sudah cukup. Hal ini sudah perhitungkan sebelumnya, jadi tidak perlu menggunakan Linggis Es. Tapi serdadu ini punya prinsip luar biasa. Mereka rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk keberhasilan ekspedisi ini.
Pratu Asmujiono sudah melewati `Zona Kematian`. Saat empat jam menjelang pencapaian Puncak Mount Everest, akhirnya sang prajurit mencapai Puncaknya. Asmujiono menjadi orang Indonesia, Asia tenggara dan Islam pertama yang mencapai Puncak tertinggi di Dunia, Mount Everest. Saat sampai di Puncak hanya satu keinginanya. Bukan meneriakkan kecintaannya terhadap Indonesia, melainkan mengumandangkan azan dan bertakbir.
Asmujiono berani membuka masker oksigennya hingga mengakibatkan 1/4 otaknya membeku. Dia juga mengalami sinus akut sepulang melakukan pendakian. Dari hasil pemerikasaan Medis, seluruh Dokter di Dunia terheran, Pratu Asmujiono masih Hidup dan sehat. Jika orang lain, mungkin sudah tewas karena pembekuan Otak.
Akhirnya nama Indonesia pun menjadi harum dengan berkibarnya merah putih di sana. “Prestasi gemilng ini menunjukan bahwa Indonesia sebagai negara Asia tenggara pertama yang berhasil mencapai Puncak Tertinggi di dunia, mendahului negara Asia tenggara lainnya yang juga mengirim Tim Ekspedisi ke Mount Everst,” tulis situs resmi Kopassus.
Akhirnya nama Indonesia pun menjadi harum dengan berkibarnya merah putih di sana. “Prestasi gemilng ini menunjukan bahwa Indonesia sebagai negara Asia tenggara pertama yang berhasil mencapai Puncak Tertinggi di dunia, mendahului negara Asia tenggara lainnya yang juga mengirim Tim Ekspedisi ke Mount Everst,” tulis situs resmi Kopassus.
EmoticonEmoticon