Legenda Gunung Ceremai


Legenda Gunung Ciremai

sumber dari:www.merdeka.com


Sosok Gunung Ciremai, atau sering juga disebut Cerme, memang bagaikan sesosok raksasa yang berdiri menjulang di tengah-tengah dataran rendah kawasan pantai utara Jawa Barat bagian timur. Tingginya yang mencapai 3.078 meter di atas permukaan laut (m dpl) atau 2.578 meter di atas Kota Kuningan membuatnya menjadi gunung tertinggi di seantero Jawa Barat dan Banten. Gunung Ciremai dikategorikan sebagai gunung api kuarter Tipe A berbentuk strato yang masih berstatus aktif. Status aktif Tipe A yang dimilikinya, membuat Ciremai adalah satu dari 80 gunung api sejenis yang tersebar di seluruh Indonesia dan satu di antara gunung api teraktif di Pulau Jawa. Ciremai juga termasuk dalam ratusan gunung api yang membentuk cincin api (ring of fire), yaitu rangkaian gunung api aktif yang berbentuk seperti rantai cincin mengelilingi Samudra Pasifik.
Namun, jika dibanding gunung-gunung api aktif lainnya di Jawa dan Indonesia, Ciremai termasuk memiliki tabiat yang paling “kalem” dan “ramah”, karena sejak letusan pertama yang tercatat dalam sejarah pada tahun 1698 lalu, gunung tersebut tidak pernah mengeluarkan kekuatan yang terlalu berlebihan sehingga menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa manusia.

Banyak yang mengklaim kalau jalur pendakian gunung Ceremai melalui pos linggar jati adalah jalur walisongo. Secara singkatnya, Konon walisongo melakukan perjalanan mendaki gunung ceremai dan dipandu oleh kakeknya sunan gunung jati. Pendakian di mulai dari desa linggar jati, dan pos ciebunar adalah tempat pertama rombongan walisongo berkemah. Medan pendakian lewat jalur ini memang terkenal paling sulit di banding dengan jalur-jalur lain seperti Palutungan maupun Majalengka.
Sampai –sampai kakek Sunan Gunung Jati kelelahan(mungkin karena pengaruh usia) pas di pertengahan gunung,Kakek Sunan gunung Jati akhirnya memutuskan untuk tidak meneruskan pendakiannya,dan memilih beristirahat, dan mempersilahkan rombongan Walisongo untuk meneruskan pendakian dengan di temani oleh empat orang pengawal sang kakek.

Kakek Sunan Gunung Jati memilih istirahat sembari duduk bersila di atas batu besar. Batu inilah yang sekarang di kenal dengan sebutan Batu Lingga. Karena saking lamanya duduk untuk berkhalwat, sampai-sampai batu tempat duduk ini meninggalkan bekas dan berbentuk daun waru atau jantung.

Kakek Sunan Gunung Jati sampai lama di tengah gunung Ciremai karena sampai Walisongo sudah turun, Sang Kakek tidak mau ikut turun di karenakan malu. Karenanya ada yang menyebutnya sebagai Satria Kawirangan. Di bagian atas dari Pos Batu Lingga ada pos Sangga Buana, kalau di perhatikan pohon-pohonnya ada yang unik. Yakni pucuknya meliuk ke arah bawah semua.

Konon, para pengawalnya Sang Kakek yang mestinya menemani Walisongo ternyata juga tidak kuat meneruskan pendakian. Akhirnya mereka sepakat untuk mengikuti jejak Sang Kakek. Dan sebagai penghormatan kepada Sang Kakek, mereka membungkukkan badannya kebawah ke arah sang Kakek beristirahat. Para pengawal ini konon berubah menjadi pepohonan yang pucuk-pucuknya meliuk ke bawah. Sampailah rombongan Walisongo di bawah puncak 1 ciremai bertepatan dengan waktu sholat ashar tiba. Walisongo pun menunaikan sholat jamaah ashar di bawah puncak satu. Usai sholat ashar rombongan Walisongo memutuskan untuk istirahat dan makan bersama.


Namun ketika akan mulai memasak, ternyata semua persediaan laukpauk dan bumbu-bumbunya sudah habis. Cuma ada garam dapur saja yang tersisa. Seadanya yang penting adayang di makan, walaupun cuma nasi putih campur garam tetap enak dan bisa untuk menambah tenaga baru. Karena hal inilah puncak II Ciremai di namakan sebagai Puncak Pengasinan. Karena cuma makan nasi dengan garam yang asin rasanya. Perjalanan Walisongo pun di lanjutkan sampai ke puncak 1. Dan untuk menghormati Kakek dari Sunan Gunung Jati, Walisongo berdoa minta petunjuk kepada Allah bagaimana cara penghormatan untuk orang sudah bersusah payah ikut memandu pendakian ini. Dengan Izin dan Kuasa Allah SWT, puncak tempat Walisongo berdiri amblas ke dalam sampai kedalaman yang sejajar dengan tempat Kakek Sunan Gunung Jati beristirahat di Batu Lingga. 

sumber dari: Ceriwis

Karenanya kawah Ciremai memang eksotis namun menyeramkan jika di banding dengan dengan kawah-kawah gunung lainnya. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui semua kebenaran cerita ini. Kisah ini pernah diceritakan oleh Mbah Saman, pemilik warung makan dan penginapan di jalur pendakian Linggar Jati. Tepatnya kurang lebih 100m setelah Pos pendaftaran.


Satu pesan dari Mbah Saman yang harus diingat : 

1. Kalau mau mendaki gunung dengan selamat,jangan melakukan pendakian dari belakang gunung.
2. Lakukanlah pendakian dari depan sebagai mana sopan santun kita terhadap orang tua.
3. Bagian depan gunung ialah apabila dilihat gunung itu berbentuk kerucut atau segi tiga.


EmoticonEmoticon